Mengapa Saya Lebih Suka Buku Fisik Dibanding E-Book

Akhir-akhir ini sangat banyak sekali beredar di internet para kreator menjual buku dalam bentuk atau versi digital atau bisa disebut e-book. Tren bisnis menjual e-book ini sangatlah menjanjikan hasil yang sangat menguntungkan bagi para kreator atau penjual e-book. Hal ini disebabkan e-book dapat dibuat tanpa harus menggunakan modal & dapat dijual tanpa batas. Saya juga mulai menjual e-book di platform bernama Lynk.id meskipun hingga sekarang saya belum mendapatkan penjualan.

Namun ada suatu hal yang membuat saya tidak tertarik untuk membaca buku digital atau e-book, tapi lebih memilih buku fisik. Saya cenderung untuk lebih menyukai buku fisik dibandingkan e-book karena itu adalah strategi yang menurut saya efektif di tengah gempuran distraksi digital. Itu terjadi karena buku fisik menciptakan lingkungan yang mendukung untuk fokus ke satu tugas. Hal ini berbanding terbalik ketika membaca di ponsel yang mana sangat kuat godaan di dalamnya dan banyaknya distraksi, meskipun kita sudah menonaktifkan notifikasi, namun rasa penasaran untuk sering membuka sosial media sering kali muncul dan merusak fokus saya. Itu sebabnya saya membatasi peluang godaan untuk membuka aplikasi lain.

Kalau membaca di ponsel, meskipun notifikasi sudah dimatikan, itu bisa membuat aktivitas serius di dalam perangkat yang telah dilatih otak untuk hal yang saling terhubung dan multitasking, yang bisa membuat fokus kita menjadi terbagi, dan itu bisa mengganggu konsentrasi. Buku fisik juga membuat kita lebih berusaha yang dapat meningkatkan retensi dan pemahaman teks secara signifikan dibandingkan pengalaman abstrak dan cepat pada layar digital yang sering kali low effort serta masalah retensi kita yang tidak menentu. 

Apa Motivasi Saya dalam Menulis?

Sebenarnya sudah lama sekali saya memiliki ketertarikan untuk menulis. Saya sudah memiliki hobi menulis dan membaca sejak saya masih kecil dulu. Saya mulai transisi menulis dari buku catatan ke media digital sekitar tahun 2015. Saat itu saya masih suka untuk membuat cerita-cerita aneh dan membingungkan, karena di saat itu masih besar-besarnya inspirasi untuk membuat cerita dongeng atau cerpen yang bersifat fiksi. Untuk cerita pertama yang saya buat dan masih bertahan hingga sekarang di antaranya adalah berjudul Tim Kami. Itu adalah cerita pendek mengenai saya dan teman saya, hanya saja dibungkus dengan hal fiksi.

Perjalanan selanjutnya dimulai ketika saya membuat website pada tahun 2018. Ketika itu saya penasaran mengenai bagaimana cara membuat website. Saya memikirkan ini di saat saya ketika itu sudah menjadi kreator mods, maps, dan in-game content untuk game Minecraft yang saya bagikan di layanan UTK.io for Minecraft (sekarang sudah berganti kepemilikan). Itu juga membuat saya tertarik dengan programming, meskipun saat itu masih sangat dasar, seperti mengganti beberapa syntax melalui mod templating, itulah yang membuat saya mendirikan brand saya yang diberi nama Lesunk Network pada 11 November 2017 yang kemudian berganti nama menjadi Vausly Media. Di tahun 2018 inilah saya memindahkan sebagian catatan saya ke website tersebut yang kemudian dimigrasi ke situs sekarang ini.

Kemudian di tahun 2019 saya mulai meninggalkan itu dan mulai beralih ke percobaan untuk menjadi konten kreator di YouTube yang sudah saya mulai sejak 31 Desember 2018. Meskipun di saat itu saya mengalami kesulitan dalam mendapatkan engagement, tapi akhirnya saya berhasil mendapatkan 100 subscribers pada 9 September 2019 dan akhirnya mendapatkan 1000 subscribers pertama pada 23 April 2023.

Saya mendapatkan kembali motivasi saya untuk menulis pada awal tahun 2023. Di situ saya menulis beberapa pandangan saya mengenai teknologi informasi. Terlebih lagi membahas tentang aplikasi, tools, website, game, serta AI. Saya memiliki ketertarikan terhadap topik tersebut karena selain menarik, sebagian besar darinya adalah minat saya. Sebagai contoh adalah game, di sini saya juga membahas game, yang sebagian adalah mengenai Minecraft karena itu adalah minat saya.

Terkadang saya juga mendapatkan sumber inspirasi lain untuk menulis. Menulis itu kadang kala saya jadikan sebagai pelarian atau sebagai ekspresi saya untuk mengungkapkan emosi saya. Terlebih lagi mengenai masalah yang sedang saya hadapi sekarang. Dengan menulis, saya juga membagikan ide atau gagasan saya mengenai pandangan hidup saya serta pengalaman saya. Memang sih yang namanya menulis itu bukan satu-satunya cara untuk berekspresi, tetapi ini adalah cara favorit saya untuk berekspresi. Terlebih lagi saya cenderung agak kurang bagus dalam kemampuan saya berbicara di depan umum, meski saya sudah melatihnya sebaik mungkin dan membuat video sebagai konten kreator. Namun saya tetap sangat buruk dalam kemampuan untuk berbicara atau menjelaskan sesuatu dengan mudah.

Ada sebuah kata-kata bijak dari seorang tokoh bernama Pramoedya Ananta Toer, yang mana dia berkata: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian". Secara sekilas itu sangatlah masuk akal, ini karena sebagian besar tokoh yang sekarang tidak ada lagi (per tanggal 21 Oktober 2025) mereka masih dapat dikenang dan diingat karena karya tulisan dan gagasannya yang sangat epik. 

Suatu saat ada masanya kita tidak ada lagi di dunia ini, namun dengan tulisan yang saya buat saya berharap untuk memberikan kontribusi positif pada dunia berkat tulisan-tulisan saya. Memang saya akui, mungkin sebagian besar karya tulis saya tidak berpengaruh atau hanya berpengaruh sedikit saja dalam kontribusi, namun saya yakin bagian yang kecil itu akan menjaga saya tetap terus hidup selamanya.





Bagaimana Perubahan Kecil dapat Menghasilkan Dampak yang Luar Biasa?

Kita sering beranggapan bahwa cuman tindakan besar yang mampu menciptakan hasil besar. Tapi, faktanya, perubahan yang paling transformatif dalam hidup, bisnis, dan bahkan alam semesta, sering kali berakar dari perubahan kecil yang strategis dan konsisten. Kekuatan ini dapat dipahami melalui tiga konsep kunci yaitu: efek kupu-kupu, majemuk, dan pertumbuhan eksponensial.

1. Efek Kupu-Kupu (The Butterfly Effect)

Oke, jadi efek kupu-kupu adalah metafora populer dari Teori Kekacauan (Chaos Theory). Konsep ini menggambarkan bagaimana perubahan kecil pada kondisi awal sebuah sistem yang kompleks (seperti cuaca atau pasar) dapat menghasilkan konsekuensi yang sangat besar dan tidak terduga di masa depan.

Ya inti dari konsep ini adalah:

  1.  Sistem sangat sensitif terhadap kondisi awal.
  2.  Perubahan kecil (misalnya, kepakan sayap kupu-kupu) di satu tempat dapat memicu serangkaian reaksi berantai yang, seiring waktu, tumbuh menjadi dampak besar (misalnya, badai).

2. Efek Majemuk (The Compound Effect)

Kalau efek kupu-kupu berfokus pada sensitivitas awal dan ketidakpastian, nah, efek majemuk fokusnya itu pada akumulasi dan konsistensi. Ini adalah prinsip yang paling kuat dalam menciptakan dampak nyata dari kebiasaan kecil. 

Efek majemuk adalah gagasan bahwa hasil dari serangkaian tindakan kecil yang konsisten, jika diulang dalam waktu yang lama, akan bertambah secara bertahap.

3. Pertumbuhan Eksponensial: Melampaui Linear

Pertumbuhan Linear adalah peningkatan yang stabil dan konstan (misalnya, menabung Rp 100.000 setiap bulan). Sementara Pertumbuhan Eksponensial adalah peningkatan yang berlipat ganda dari hasil sebelumnya. Dampak luar biasa dari perubahan kecil terjadi ketika pertumbuhan beralih dari fase linear (lambat, tidak terlihat) ke fase eksponensial (cepat, tiba-tiba).

Fase Plateau of Latent Potential:

Pada awalnya, melakukan perubahan kecil (seperti berolahraga 15 menit setiap hari atau menabung dalam jumlah kecil) terasa sia-sia. Ini adalah periode "Dataran Potensi Laten" (Plateau of Latent Potential). Anda bekerja keras, tetapi hasilnya minim.

Namun, Anda perlu terus maju. Setelah batas tertentu, Efek Majemuk akan mendorong Anda ke fase eksponensial, di mana hasilnya tiba-tiba terlihat dan terasa luar biasa—seperti bola salju yang menggelinding dan ukurannya bertambah secara dramatis di akhir lereng. Inilah momen ketika dunia melihat "kesuksesan instan" Anda, padahal itu adalah hasil dari konsistensi kecil selama bertahun-tahun.

Menerapkan Keunggulan Marginal

Untuk menciptakan dampak yang luar biasa, tiru strategi Keunggulan Marginal (Marginal Gains) yang digunakan oleh Tim Sky:

  •  Identifikasi 1%: Cari area kecil di hidup atau kerja Anda yang dapat ditingkatkan 1%. (Misalnya, mengatur ulang meja kerja Anda agar fokus 1% lebih baik).
  •  Standarisasi 2 Menit: Terapkan aturan "Jika bisa dilakukan dalam dua menit, lakukan sekarang" untuk menghilangkan inersia (Misalnya, langsung mencuci satu piring setelah makan).
  •  Prioritaskan Konsistensi: Lakukan kebiasaan kecil tersebut setiap hari, tanpa gagal. Konsistensi adalah bahan bakar yang mengubah Efek Kupu-kupu menjadi Efek Majemuk, yang pada gilirannya mendorong pertumbuhan eksponensial.

Kesimpulan

Jangan menunggu momen besar. Kehidupan yang luar biasa dibentuk oleh ratusan keputusan kecil yang konsisten. Mulailah hari ini dengan 1% perbaikan, dan saksikan bagaimana waktu mengubahnya menjadi dampak yang benar-benar transformatif.

Apa Itu TikTokification of Social Media?


Dalam beberapa tahun terakhir, ada perubahan drastis dalam cara kita mengonsumsi konten di media sosial. Jika dulu kita menghabiskan waktu melihat foto-foto di Instagram atau membaca pembaruan status di Facebook, kini mata kita terpaku pada video vertikal pendek yang bergulir tanpa henti. Fenomena yang mendorong perubahan masif ini dikenal sebagai TikTokification of the Social Media.

Definisi dan Mekanisme Inti

TikTokification adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan adopsi fitur, algoritma, dan gaya konten yang dipelopori oleh TikTok—aplikasi video pendek asal Tiongkok—oleh platform media sosial besar lainnya. Inti dari sistem TikTok yang ditiru adalah:

1. Sistem For You Page (FYP) / Halaman Rekomendasi

Ini adalah jantung dari TikTokification. Tidak seperti feed tradisional yang didominasi oleh unggahan dari orang yang Anda ikuti, FYP (atau halaman 'Untuk Anda') menunjukkan konten dari siapa pun di seluruh dunia, yang dipilih berdasarkan seberapa besar kemungkinan Anda akan menyukainya. Algoritma sangat efisien dalam merekomendasikan konten berdasarkan interaksi Anda (menonton, menyukai, waktu tonton) dan metadata video, yang berarti fokus beralih pada konten yang menarik, bukan jumlah pengikut.

2. Format Video Vertikal Pendek

Format utama yang ditiru adalah video yang dioptimalkan untuk tampilan ponsel: vertikal, singkat (biasanya di bawah 60 detik atau beberapa menit), dan bergerak cepat. Format ini dirancang untuk memaksimalkan retensi perhatian dalam waktu singkat dan mendorong endless scrolling (gulir tak terbatas

Tiga Raksasa Medsos yang Ikut 

Hampir setiap platform besar telah mengintegrasikan fitur yang secara langsung meniru model TikTok:

  1. Instagram: Reels: Platform yang awalnya berfokus pada foto ini kini menjadikan Reels (video pendek vertikal) sebagai prioritas utama, bahkan menampilkannya di feed utama dari akun yang tidak Anda ikuti, meniru FYP.

  2. YouTube: Shorts: Sebagai platform video terbesar, YouTube merespons dengan Shorts, format vertikal berdurasi hingga 60 detik yang memiliki feed penemuan cepat khusus.

  3. Facebook: Fokus pada Video dan Reels: Algoritma Facebook juga semakin sering menampilkan konten video yang direkomendasikan secara algoritmik dari luar lingkaran teman-teman Anda.

Bagi Pengguna (Konsumen Konten)

Keuntungan (Sisi Positif)Efek Samping (Sisi Negatif)
Penemuan Konten yang Lebih BaikRentang Perhatian yang Lebih Pendek
Algoritma FYP sangat baik dalam menemukan konten yang benar-benar sesuai dengan minat unik pengguna, bahkan dari kreator yang belum pernah mereka dengar.Format serba cepat dapat melatih otak untuk mengharapkan kepuasan instan, membuat pengguna kesulitan fokus pada konten atau tugas berdurasi panjang.
Demokratisasi HiburanInformasi Berlebihan dan Dangkal
Pengguna mendapatkan variasi konten yang jauh lebih besar karena video bisa datang dari siapa saja, tidak terbatas pada teman atau selebritas.Fokus pada durasi pendek sering kali mengorbankan kedalaman. Informasi kompleks cenderung disederhanakan secara berlebihan (oversimplified) atau disajikan tanpa konteks.
Hiburan InstanPeningkatan Kecanduan Scrolling
Kemampuan untuk menggulir tanpa batas menawarkan sumber hiburan yang sangat mudah diakses dan instan di mana saja.Mekanisme gulir tanpa henti dan algoritma yang sangat personal dapat meningkatkan waktu layar dan rasa cemas atau perbandingan sosial.

Bagi Kreator Konten (Produsen Konten)

Keuntungan (Sisi Positif)Efek Samping (Sisi Negatif)
Peluang Viral yang TinggiTekanan untuk Konten Serba Cepat
Kreator baru memiliki peluang besar untuk mendapatkan jangkauan dan menjadi viral tanpa perlu basis pengikut yang besar. Ini membuat merit konten lebih diutamakan.Kreator dipaksa untuk terus-menerus mengikuti tren yang bergerak cepat dan memproduksi konten dalam format yang sangat spesifik dan serba cepat agar tetap relevan.
Kemudahan Pembuatan KontenKetergantungan pada Algoritma
Fitur pengeditan dalam aplikasi yang mudah, musik yang trending, dan alat efek yang sederhana membuat proses pembuatan video lebih cepat dan tidak membutuhkan peralatan mahal.Kualitas konten sering kali dikalahkan oleh "trik" algoritma (seperti waktu tonton atau hook yang kuat). Jika algoritma berubah, jangkauan kreator dapat anjlok secara drastis.
Monetisasi Lintas PlatformTantangan dalam Membangun Komunitas
Kreator dapat menggunakan satu video pendek yang sama (atau diadaptasi sedikit) untuk diunggah ke Reels, Shorts, dan TikTok, memaksimalkan potensi pendapatan dari berbagai sumber.Fokus pada penemuan cepat dan gulir cepat sering kali mempersulit kreator untuk membangun komunitas yang loyal dan mendalam, karena pengguna cenderung berinteraksi dengan konten, bukan dengan kreator.

Kesimpulan

TikTokification telah mengubah media sosial dari tempat untuk terhubung dengan teman menjadi mesin hiburan yang digerakkan oleh algoritma. Perubahan ini telah mendemokratisasi akses ke ketenaran dan hiburan, tetapi juga memunculkan tantangan baru terkait keseimbangan informasi dan rentang perhatian kita di dunia digital. Platform tidak lagi bersaing berdasarkan jaringan sosial, melainkan berdasarkan kemampuan mereka untuk memberikan rekomendasi konten yang paling adiktif kepada Anda, satu guliran video vertikal pendek pada satu waktu.

Source & Reference:
TIKTOK SOCIAL MEDIA USAGE MOTIVES: USES AND GRATIFICATION THEORY ANALYSIS: https://www.researchgate.net/publication/366318278
Differentiated Competition and Collaborative Development Between Short-Form Video Platforms and Long-Form Video Platforms: A Case Study of ByteDance's Video Platforms: https://www.researchgate.net/publication/395817425
Assessing the Effects of YouTube Shorts on Long-Form Video Content: https://arxiv.org/html/2402.18208v2
Understanding Social Media Recommendation Algorithms: https://academiccommons.columbia.edu/doi/10.7916/khdk-m460
The Vertical Video Phenomenon on Social Media in Digital Era: https://www.atlantis-press.com/article/126002312.pdf

Popular Posts